Sabtu, 06 Agustus 2011

Krisis Utang AS & Eropa, Pasar Saham Rontok


Pasar bursa saham global kembali diguncang penurunan indeks harga saham. Penurunan indeks di bursa-bursa utama internasional sepanjang Kamis atau Jumat dini hari waktu Indonesia ini, boleh disebut anjlok. Tengok saja,
 
di bursa Wall Street indeks harga saham mengalami penurunan terbesar dalam tiga tahun terakhir. Krisis utang yang mengancam AS dan negara-negara Eropa membuat para pelaku pasar resah, sehingga ramai-ramai melepas saham.

Menurut kantor berita Associated Press, indeks Dow Jones pada penutupan transaksi Kamis sore waktu New York turun 512,76 poin (4,3 persen) menjadi 11.383,68. Nilai pasar Dow Jones juga turun hingga US$1,9 triliun. Itu merupakan penurunan terbesar bagi Dow Jones sejak 1 Desember 2008 atau terburuk ke sembilan yang pernah tercatat. Terburuk pertama terjadi pada peristiwa Black Monday 1987 dengan penurunan saham Dow Jones hingga 22 persen.

Pada saham blue chip yang terpuruk adalah Alcoa, Caterpillar, dan Bank of America. Saham Apple, Google, dan Netflix tidak turun terlalu banyak, hanya berkisar 2-3 persen. Sementara Indeks S&P 500 turun tajam 60 poin atau 4,8 persen dan Indeks Nasdaq turun 136 poin, atau 5,1 persen.

Sebelumnya, indeks di bursa-bursa utama Eropa pun berguguran. Indeks di bursa Dax Frankfurt dan FTSE London turun 3,5 persen, terbesar yang mereka alami pada tahun ini. Bahkan, seperti diungkapkan stasiun berita CNN, sejumlah indeks utama di bursa Asia langsung berguguran saat transaksi buka Jumat pagi.

Menurut pengamat, setidaknya ada beberapa faktor yang membuat tergerusnya indeks harga saham di bursa-bursa utama dunia. Salah satunya kegelisahan para investor atas krisis keuangan yang terjadi di Eropa.

Mereka ramai-ramai melepas saham setelah muncul laporan yang memproyeksikan bahwa Italia dan Spanyol kini mulai bermasalah dengan utang. Nasib mereka bisa sama dengan Yunani, Portugal, dan Irlandia yang sampai meminta pinjaman darurat dari Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) saat tak mampu lagi membendung besarnya utang negara. Proporsi utang negara-negara tersebut  sudah melebihi produk domestik bruto (GDP) masing-masing.

"Mereka ibaratnya lempar handuk [menyerah] karena saat ini tidak ada kabar positif di segala arah," kata Milton Ezrati, pengamat pasar saham dari Lord Abbett, seperti dikutip stasiun berita BBC.
Kekhawatiran para pelaku pasar pun diperkuat oleh pernyataan Presiden Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso. Dia memperingatkan bahwa krisis utang negara di Eropa telah menyebar, tidak hanya menjangkiti negara-negara "lapis kedua" seperti Yunani, Portugal, dan Irlandia.

Para pelaku pasar juga cemas dengan belum berhasilnya AS mengatasi krisis ekonomi setelah dililit resesi pada 2007-2008. Perdebatan alot antara Kongres dan Pemerintah soal penentuan batas maksimal utang baru, menggambarkan kesulitan itu.

Apalagi AS masih belum berhasil menekan tingkat penganggguran. Ini terlihat saat para investor ramai-ramai melepas saham jelang pengumuman bulanan tingkat pengangguran di Negeri Paman Sam.

Menurut AP, pemerintah AS kemungkinan mengumumkan bahwa tingkat pengangguran per Juli 2011 naik menjadi 9,2 persen. "Faktor-faktor gabungan itulah yang membuat banyak saham dilepas," kata Ryan Larson dari RBC Global Asset Management.

"Kita terus dibombardir kekhawatiran mengenai ekonomi global," ujar Bill Stone dari PNC Financial.

Merembet ke Asia

Mengikut bursa Wall Street, pasar saham di Asia pada Jumat pagi langsung berguguran. Investor melakukan aksi jual besar-besaran, termasuk di Indonesia. Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 3,4 persen menjadi 9.328,74 poin, dan Hang Seng di bursa Hong Kong anjlok 4,4 persen menjadi 20.912,60. Sedangkan Shanghai Composite Index kehilangan 2,1 persen menjadi 2.626,80.

Di tempat lain di Asia, indeks Kospi Korea Selatan turun 3,6 persen menjadi 1.945 dan indeks acuan di bursa Taiwan tergelincir 4,4 persen menjadi 7.952,98. Sementara itu, indeks patokan di Australia turun 4 persen menjadi 4.103,10.

Tom Kaan, analis saham dari Louis Capital Markets, Hong Kong, mengatakan, investor sudah gelisah setelah tawar-menawar yang berkepanjangan dalam menaikkan batas utang AS. "Ini adalah ketakutan umum yang mengacaukan pasar," kata Kaan seperti dikutip Associated Press.
Hal yang sama juga terjadi di terjadi di Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada akhir sesi pertama Jumat terjungkal 212,08 poin atau 5,15 persen ke level 3.910. Angka yang cukup tinggi dibandingkan bursa-bursa Asia yang lain.

Dalam data transaksi perdagangan, selama sesi pertama, investor asing melakukan aksi jual besar-besaran hingga Rp1,45 triliun. Sedangkan aksi beli hanya Rp644,54 miliar, sehingga terjadi net selling sekitar Rp800 miliar. Sedangkan total nilai transaksi Rp4,82 triliun.

Pelemahan IHSG sedikit mereda pada akhir sesi kedua. IHSG ditutup turun 200,44 poin atau 4,86 persen. Sedangkan indeks Hang Seng terpangkas 938,60 poin atau 4,29 persen dan Nikkei -359,30 poin (3,72 persen).

Kepala Riset PT e-Trading Securities Betrand Raynaldi mengatakan, sentimen negatif spekulasi data pengangguran AS telah memicu terjadinya aliran dana asing yang keluar dari pasar modal domestik. "Namun itu tak hanya terjadi di Indonesia," kata dia saat dihubungi VIVAnews.com.

Sementara itu, Direktur Schroder Investment Management Michael Tjoajadi mengatakan, selain karena dipicu faktor global dan regional, penurunan indeks juga dipicu valuasi saham-saham yang sudah cukup tinggi. "Sehingga, penurunan menjadi lebih besar dibanding bursa regional lainnnya," ujarnya kepada VIVAnews.com.

Meski demikian, senada dengan Betrand, dia optimistis, capital outflow dari bursa dalam negeri hanya bersifat sementara. Sebab, para investor asing masih menilai perekonomian dan fundamental Indonesia menjanjikan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan ekonomi Indonesia selama kuartal II-2011 tumbuh 6,5 persen. Sementara itu, IHSG juga sempat mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah perdagangan, dan mendekati level 4.200.

Reaksi pemerintahMelihat bursa global yang hancur, pemerintah langsung bereaksi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Jumat pagi langsung mengumpulkan sejumlah menteri perekonomian khusus membahas krisis di negara-negara Eropa dan Amerika ini.

Presiden memastikan bahwa krisis ekonomi global yang melanda Eropa harus diantisipasi dengan baik. "Saya berharap itu harus segera diatasi," kata SBY saat membuka rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden, Jakarta.

SBY mengingatkan, Indonesia pernah memiliki masalah serupa tiga tahun lalu karena terkena dampak krisis ekonomi global. Ia bercerita, ketika itu krisis dipicu dari Amerika Serikat yang menjalar dan akhirnya menjadi krisis perekonomian global.

SBY mengatakan, meski krisis global di Eropa belum menjalar, ada baiknya melakukan gerak cepat dan langkah-langkah antisipasi dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya. "Bila terjadi di dua benua itu atau memunculkan krisis baru, kita bisa segera ambil langkah cepat," tuturnya.

Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menenangkan pasar dengan mengatakan bahwa pelemahan IHSG tidak terjadi pada skala domestik saja, namun fenomema global.

Hatta menjelaskan, Kementerian Perekonomian dalam hal ini pemerintah bersama Bank Indonesia, telah memiliki langkah antisipatif bila terjadi krisis akibat dari berlanjutnya pelemahan IHSG. "Untuk itu, kami berharap semua pihak tidak terlalu khawatir atas pelemahan IHSG hari ini," ujar Hatta di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian.

Sementara itu Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Pery Warjiyo mengatakan, Bank Indonesia tidak khawatir dengan masalah anjloknya indeks saham. Menurut dia, keluarnya sebagian investor asing dari pasar modal hanya bersifat sementara.

Bank sentral yakin dana asing akan tetap masuk mengikuti tren setahun sebelumnya, walaupun secara kumulatif nilainya lebih rendah. Investor asing bakal menyimpan dananya dalam bentuk portofolio sekitar US$12 miliar. Instrumen investasi yang menjadi incaran di antaranya surat utang, saham, serta Sertifikat Bank Indonesia (SBI). "Ekonomi kita kan bagus," ujar Pery.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar